BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Konsili Vatikan II merupakan tonggak
pembaharuan hidup gereja. Katolik secara menyeluruh. Gaudium et Spes menaruh
keprihatinan secara luas pada tema hubungan Gereja dan Dunia modern. Ada
kesadaran kokoh dalam Gereja untuk berubah seiring dengan perubahan kehidupan
manusia modern. Soal-soal yang disentuh oleh Gaudium et Spes dengan demikian berkisar tentang kemajuan manusia di dunia modern. Di lain pihak tetap
diangkat ke permukaan soal jurang yang tetap lebar antara si kaya dan si miskin.
Judul dokumen ini mengatakan suatu “perubahan eksternal” dari kebijakan hidup
Gereja: Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan manusia-manusia zaman ini,
terutama kaum miskin dan yang menderita, adalah kegembiraan dan harapan, duka
dan kecemasan para murid Kristus juga. Kardinal Joseph Suenens (dari Belgia)
berkata bahwa pembaharuan Konsili Vatikan II tidak hanya mencakup bidang
liturgis saja, melainkan juga hidup Gereja di dunia modern secara kurang lebih
menyeluruh. Gaudium et Spes membuka cakrawala baru dengan mengajukan perlunya
“membaca tanda-tanda zaman” (signs of the times).
Di dalam Gaudium et Spes menyentuh nilai-nilai tentang perubahan-perubahan dalam tata hidup
masyarakat zaman ini; martabat pribadi manusia; ateisme sistematis dan ateisme
praktis; aktivitas hidup manusia; hubungan timbal balik antara Gereja dan
dunia; beberapa masalah mendesak, seperti perkawinan, keluarga; cinta kasih
suami isteri; kesuburan perkawinan; kebudayaan dan iman; pendidikan kristiani;
kehidupan sosial ekonomi dan perkembangan terakhirnya; harta benda
diperuntukkan bagi semua orang; perdamaian dan persekutuan bangsa-bangsa;
pencegahan perang; kerjasama internasional.
Ini juga merupakan sebuah pernyataan
revolusioner. Gereja pasca Konsili Vatikan II dengan berani mendeklarasikan
diri sebagai paguyuban orang beriman yang ingin solider, berempati, sehati dan
sejiwa dengan mereka yang berada di garis kemiskinan dan hidup dalam
penindasan. Sikap dasar baru telah digariskan Gereja yang melihat dunia modern
–lengkap dengan seluruh permasalahannya—sebagai lahan subur yang perlu digarap
untuk efektivitas pewartaan.
Berkat dan dengan Gaudium et Spes
inilah, Gereja bisa merengkuh masuk, memeluk erat, berdialog dengan dunia
modern dengan sekalian para penghuninya untuk membangun sebuah peradaban yang
lebih bermoral.
Sebelumnya dan selama kurun waktu 101
tahun, Gereja telah menaruh sikap penuh curiga dan meletakkan dunia modern di
luar kerangka pewartaan. Terbitnya Syllabus Errorum (Daftar Kesesatan)
dari meja kerja Paus Pius IX tanggal 8 Desember 1864 jelas menandakan betapa
Gereja pra Konsili Vatikan II saat itu bersemangat curiga terhadap dunia
modern.
1.2
Rumusan
Masalah
Gaudium et Spes
telah meletakkan dasar pemikiran teologis baru di kalangan otoritas Gereja yang
mulai menaruh kiblat baru dan memakai perspektif anyar dalam memandang dunia
modern. Dulu, dunia modern dipandang dengan sebelah mata, bahkan dicurigai
sebagai sumber dosa. Dengan Gaudium et Spes Gereja bertekad memeluk
dunia modern ini sebagai lahan subur untuk pewartaan.
“Kegembiraan dan harapan, duka dan
kecemasan manusia-manusia zaman ini, khususnya mereka yang miskin dan
menderita, adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid
Kritus”.
Lalu bagaimana kita sebagai Orang Muda
Katolik(OMK) menandai Gaudium et Spes sebagai gagasan pewartaan untuk berperan secara langsung dalam
dunia modern sekarang?
1.3
Batasan
Masalah
Menyadari sangat luasnya ruang lingkup
pembahasan mengenai Gaudium et Spes ini, maka hanya akan dijelaskan tentang Gaudium et Spes secara umum dan gagasan untuk
OMK (Orang Muda Katolik) berperan serta dalam pewartaan gereja di era modern.
BAB II
Gaudium et Spes
(Konstitusi Pastoral Tentang Gereja
Di Dunia Dewasa Ini)
2.1
Penjelasan Umum Tentang Gaudium et Spes
KEGEMBIRAAN DAN HARAPAN, duka dan
kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang
menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid
Kristus juga. Tiada sesuatu pun yang sungguh manusiawi, yang tak bergema di
hati mereka. Sebab persekutuan mereka terdiri dari orang-orang, yang
dipersatukan dalam Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus dalam peziarahan mereka
menuju Kerajaan Bapa, dan telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan
kepada semua orang. Maka persekutuan mereka itu mengalami dirinya sungguh erat
berhubungan dengan umat manusia serta sejarahnya.
Konsili Vatikan Kedua tanpa ragu-ragu
mengarahkan amanatnya bukan lagi hanya kepada putera-putera Gereja dan sekalian
orang yang menyerukan nama Kristus, melainkan kepada semua orang. Kepada mereka
semua Konsili bermaksud menguraikan, bagaimana memandang kehadiran serta kegiatan
Gereja di masa kini. Konsili mau menghadapi dunia manusia, dengan kata lain
segenap keluarga manusia beserta kenyataan semesta yang menjadi lingkungan
hidupnya; dunia yang mementaskan sejarah umat manusia. Adapun zaman sekarang
umat manusia terpukau oleh rasa kagum akan penemuan-penemuan serta kekuasaannya
sendiri. Tetapi sering pula manusia dengan gelisah bertanya-tanya tentang
perkembangan dunia dewasa ini, tentang tempat dan tugasnya di alam semesta,
tentang makna jerih-payahnya perorangan maupun usahanya bersama, akhirnya
tentang tujuan terakhir segala sesuatu dan manusia sendiri
Memang benarlah ketidak-seimbangan yang
melanda dunia dewasa ini berhubungan
dengan ketidak-seimbangan lebih mendasar, yang berakar dalam hati manusia.
Sebab di satu pihak, sebagai makhluk, ia mengalami keterbatasan dalam banyak
hal; tetapi dilain pihak ia merasa diri
tidak terbatas dalam keinginan-keinginannya, dan dipanggil untuk kehidupan yang
lebih luhur. Namun menghadapi perkembangan dunia dewasa ini, semakin banyaklah
mereka, yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan sangat mendasar, atau
merasakannya lagi dengan tajam: apakah manusia itu? Manakah arti penderitaan,
kejahatan, maut, yang toh tetap masih ada, kendati tercapai kemajuan sebesar
itu? Untuk apakah kemenangan-kemenangan, yang dibayar semahal itu? Apakah yang
dapat disumbangkan manusia kepada masyarakat? Apakah yang dapat diharapkan
manusia dari padanya? Apakah yang akan menyusul kehidupan di dunia ini?
Gereja mengimani, bahwa Kristus telah
wafat dan bangkit bagi semua orang. Maka dari itu Konsili bermaksud menyapa
semua orang, untuk menyinari misteri manusia, dan untuk bekerja sama dalam
menemukan pemecahan soal-soal yang paling penting pada zaman sekarang. Konsili
terutama bermaksud mempertimbangkan nilai-nilai itu, yang dewasa ini sangat
dijunjung tinggi, serta menghubungkannya dengan sumbernya yang ilahi. Sebab
nilai-nilai itu, sejauh berasal dari kodrat manusia yang dikurniakan oleh
Allah, memang amat baik. Tetapi akibat kemerosotan hati manusia nilai-nilai itu
tidak jarang dibelokkan dari arah yang seharusnya, sehingga perlu dijernihkan.
Gereja
sadar akan tanggung jawab perutusannya yakni menghadirkan Kerajaan Alah di
tengah-tengah dunia, karena dunialah yang hendak diselamatkan Allah dalam
Kristus. Kesadaran itu dirumuskan dalam Dokumen Gaudium et Spes yang
membicarakan permasalahan-permasalahan dunia saat itu yang mencakup : Martabat
Manusia, Kesejahteraan Umum, Tanggung Jawab Pemerintah; Penghargaan pada
keluarga-keluarga; Hak Budaya; Keadilan dan perkembangan; serta
Perdamaian.Kalimat pertama dalam Gaudium et Spes merangkum tugas perutusan
kehadiran Gereja di tengah-tengah dunia ini Kegembiraan dan harapan orang-orang
di jaman sekarang ini, adalah kegembiraan dan harapan..murid-murid Kristus
juga. Mau tidak mau Gereja harus menjadi inklusif/terbuka terhadap dunia.
Gereja berada di dalam dunia, bukan di luar dunia. Gereja dengan demikian
menjadi bagian dari dunia yang akan diselamatkan.
Apa
saja, yang oleh Konsili ini di hidangkan dari khazanah ajaran Gereja, dimaksudkan
untuk membantu orang zaman sekarang, entah mereka beriman akan Allah, entah
tidak mengakui-Nya secara eksplisit. Tujuannya: supaya mereka lebih jelas
memahami panggilan mereka seutuhnya, lebih menyelaraskan dunia dengan martabat
manusia yang amat luhur, menghendaki persaudaraan universal dengan dasar yang
lebih mendalam, dan atas dorongan cinta kasih, melalui usaha terpadu terdorong
oleh kebesaran jiwa, menanggapi tuntutan-tuntutan masa kini yang memang
mendesak.
Benarlah,
menghadapi kemacam-ragaman situasi maupun pola kebudayaan dunia, penyajian ini
dalam cukup banyak bagiannya sengaja menampilkan sifat serba umum, bahkan,
meskipun sekedar menguraikan ajaran yang sudah diterima dalam Gereja, tetapi,
karena yang dibahas ialah hal-hal yang terus menerus mengalami perkembangan,
ajaran itu masih akan perlu diteruskan dan diperluas. Tetapi kami percaya,
bahwa banyak hal, yang kami utarakan bertumpu pada sabda Allah dan semangat
Injil, dapat merupakan bantuan yang andal bagi semua orang, terutama sesudah
penerapannya pada masing-masing bangsa dan pola berpandangan dijalankan oleh
umat kristen di bawah bimbingan para Gembala.
Berdasarkan misinya menyinari seluruh
dunia dengan amanat Injil, serta menghimpun semua orang dari segala bangsa,
suku dan kebudayaan ke dalam satu Roh, Gereja menjadi lambang persaudaraan,
yang memungkinkan serta mengukuhkan dialog dari ketulusan hati.
Itu
menyaratkan, supaya pertama-tama dalam Gereja sendiri kita mengembangkan sikap
saling menghargai dan menghormati serta kerukunan, dengan mengakui segala
kemacam-ragaman yang wajar, untuk menjalin dialog yang makin subur antara semua
anggota yang merupakan satu Umat Allah, baik para gembala maupun umat beriman
lainnya. Sebab lebih kuatlah unsur-unsur yang mempersatukan umat beriman
daripada yang menggolong-golongkan mereka. Hendaknya dalam apa yang sungguh
perlu ada kesatuan, dalam apa yang diragukan kebebasan, dalam segala sesuatu
cinta kasih
Sambil mengenangkan sabda Tuhan: “Dengan
demikian semua orang akan tahu, bahwa kalian itu murid-murid-Ku, yakni bila
kalian saling mengasihi” (Yoh 13:35), umat kristen tidak dapat menginginkan apa
pun lebih sungguh-sungguh, dari pada untuk mengabdikan diri secara makin penuh
dan efektif kepada sesama di dunia masa kini. Maka dari itu, sambil dengan
setia bertumpu pada Injil dan bersandar pada kekuatannya, dan bersama dengan
semua orang yang mencintai dan melaksanakan keadilan, mereka telah menyatakan
bersedia untuk menjalankan karya agung di dunia ini, yang harus mereka
pertanggung jawabkan terhadap Dia, yang pada hari terakhir akan mengadili semua
orang. Tidak semua orang yang berseru “Tuhan, Tuhan!” akan memasuki Kerajaan
Sorga, tetapi hanya merekalah, yang melaksanakan kehendak Bapa , dan dengan
giat menyingsingkan lengan baju, Bapa menghendaki, agar dalam semua orang kita
mengenali dan mencintai secara nyata Kristus Saudara kita, dengan kata-kata
maupun tindakan, dan dengan demikian memberi kesaksian akan kebenaran, serta
menyiarkan kepada sesama misteri cinta kasih bapa di Sorga. Dengan begitu semua
orang di seluruh dunia akan dibangkitkan untuk menaruh harapan hidup, yang
merupakan kurnia Roh Kudus, supaya akhirnya ditampung dalam damai dan
kebahagiaan yang mulia, di tanah air yang bercahaya gemilang berkat kemuliaan
Tuhan.
“Bagi
Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau
pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja dalam kita, bagi Dialah
kemuliaan di dalam jemaat dan dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai
selama-lamanya. Amin” (Ef 3:20-21).
2.2
Gagasan
Orang Muda Katolik Dalam Peran Serta Pewartaan Gereja
Dalam Gaudium et Spes umat menekankan,
betapa Gereja dan umat beriman semakin diwarnai oleh mayoritas warganya, yaitu
kelompok orang-orang muda yang sampai kini disebut kaum muda. Dekrit untuk
kerasulan Kaum Awam menunjuk betapa kaum muda amat mempengaruhi dunia modern. Sehingga,
Konsili Vatikan II menghendaki agar perhatian kepada kaum muda menjadi keprihatinan
mendalam yang lebih menyeluruh dalam jemaat beriman. Bukan hanya para pastor
atau kaum biarawan, tetapi juga kaum awam terdidik diharuskan memberikan
perhatian yang sungguh-sungguh kepada generasi muda dalam Gereja yang dimaksud.
Sebetulnya juga perlu diketahui bahwa
dalam posisinya di tengah Gereja, kaum muda memang memiliki posisi tertentu.
Untuk itu, Konstitusi Dogmatis tentang Dei Verbum (Sabda Allah) menempatkan
kaum muda tidak terpisahkan sama sekali
dari kaum tua. Gereja hadir secara keseluruhan dan semua menghadap Bapa dengan
penuh pengharapan akan kecerahan masa depan. Bahkan, dalam gerak hidup orang
muda, seluruh umat Allah memperlihatkan diri sebagai Allah yang sedang tumbuh
menyambut pilihan Allah (Ef. 1:14) dan sedang lahir kembali (1 Petr 1:9:6).
Jadi, kaum muda Katolik di tengah
kemajemukan bangsa di mana posisi Katolik itu sendiri minoritas di negara ini,
maka betapa besar tantangan yang dihadapinya. Untuk menunjukkan eksistensinya
di tengah masyarakat, bangsa dan negara ini kaum muda Katolik hendaknya bekerja
lebih keras dan berjuang lebih maksimal serta memiliki tanggung jawab yang
lebih besar terhadap kemajuan bangsa dan negara ini, terutama terhadap kemajuan
masa depan Gereja.
Secara
spesifik lingkup gagasan peran serta kaum muda katolik dapat dijabarkan sebagai
berikut:
2.2.1
Diri
Pribadi
Orang muda perlu terlibat dan akrab
dengan dirinya sendiri. Keterlibatan dan keakraban ini perlu untuk mencapai
karakter dan jatidirinya sebagai orang katolik sehingga mampu mengarungi
duniadengan mandiri dan bertanggungjawab. Hal ini menjadi mendesak kala kita
sadari bahwa dunia mengeliligi orang muda dengan tawaran-tawaran yang berebut
untuk menarik orang muda menjadi "penganut"nya. Kenyataan ini
seringkali membuat orang muda ada dalam situasi ambang, bahkan tidak jarang
mengalami kesepian dan mencoba melarikan diri pada hal-hal yang negatif.
Pertama-tama keterlibatan dan keakraban itu dijalankan dengan masuk di dalam
dirinya dan meyakini bahwa hidupnya adalah anugerah Allah. Keyakinan tersebut
akan menggerakkan setiap pribadi untuk menanggapi anugerah Allah itu dalam
ungkapan maupun perwujudan imannya. Karenanya seseorang dapat bersyukur
sekaligus menghargai hidupnya dan berusaha untuk menjaga kehidupan.
Orang muda perlu mensyukuri aneka keistimewaan
dan talenta yang dianugerahkan Tuhan kepadanya. Keberanian untuk menemukan
keistimewaan hidupnya merupakan bekal dasar untuk melangkah.Talenta dan
keistimewaan ini perlu ditumbuh kembangkan dengan keberanian untuk
bereksplorasi, membangun kreasi dan refleksi supaya semakin terampil dalam
mengarungi dunia. Maka di sini orang muda diundang untuk belajar dan belajar
agar mencapai sesuatu yang lebih dalam kerangka karya penyelamatan Allah. Orang
muda juga diundang untuk berani mengakui kekurangan-kekurangan yang ada dalam
dirinya. Pengakuan ini akan membantu dirinya untuk terbuka pada rahmat Allah
yang menyempurnakan, pada bantuan orang
lain serta mendorongnya untuk terus berusaha mengatasi kekurangan yang ada.
Keterlibatan pada pribadi ini dapat dilakukan setiap saat dalam keseharian orang muda. Baik kalau setiap hari orang muda dapat menyediakan
waktu hening barang 15-30 menit untuk
mengendapkan dan merefleksikan seluruh perjalanan selama sehari.
2.2.2
Keluarga
Keluarga merupakan basis untuk
mengembangkan hidup beriman dan keterlibatan hidup beriman orang muda. Keluarga
dibangun atas dasar iman akan Allah yang menghendaki hadirnya persekutuan cinta
antara laki-laki dan perempuan dalam ikatan perkawinan. Karena itu keluarga menjadi
media dasar untuk mengembangkan iman dan cinta. Setiap pribadi perlu merasakan
cinta dalam keluarga sekaligus menjaga cinta itu tetap hidup dalam keluarga.
Dengan demikian imannya kepada Allah sang sumber cinta akan diteguhkan. Cinta
mengandaikan kerelaan untuk berbagi bahkan berkorban. Cinta selalu mempunyai
dimensi sosial.
Seseorang yang hidup dalam cinta akan mudah
berbagi cinta pada yang lain.Keluarga menjadi ruang pertama bagi sosialisasi
cinta seorang anak manusia. Keterlibatan dalam lingkup ini menuntut orang muda
untuk selalu menghidupkan komunikasi iman dan cinta yang dialogis dan mendalam
di antara anggota keluarga. Maka perlulah kiranya orang muda dan setiap anggota
keluarga mempunyai waktu untuk bertemu, berbagi pengalaman dan berdoa bersama
agar saling meneguhkan iman dan cinta setiap anggotanya. Kita mengubah
kebiasaan, "maaf tidak ada waktu"menjadi "aku ada waktu
untukmu".
2.2.3
Gereja
Gereja merupakan persekutuan orang
beriman pada Yesus Kristus yang wafat dan bangkit. Persekutuan ini mengandaikan
interaksi yang mendalam setiap orang di
dalamnya. Dalam Gereja kita mewarisi iman pada Bapa, Putera dan Roh Kudus;
sebagai Gereja kita menyuburkan iman.
Maka tidaklah benar kalau dikatakan,
"Gereja No, Yesus Yes" atau bahkan dengan salah dikatakan "Yesus
Yes, Kristianitas No". Iman akanYesus yang wafat dan bangkit adalah iman
Gereja. Tidak dapat dibayangkan mengimani Yesus yang seperti itu tanpa iman
Gereja dan melepaskan diri dari kesatuan dengan Gereja. Persekutuan iman ini dibangun
atas dasar warisan iman sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci dan dirumuskan
dalam ajaran-ajaran Gereja, diungkapkan dalam aneka perayaan liturgi, serta
diwujudkan melalui aneka kegiatan bersama dan keterlibatan dalam masyarakat.
Setiap anggota Gereja diundang untuk ikut
terlibat dan bertanggungjawab atas kehidupan Gereja dan bukan sebagai penonton
yang dapat meninggalkan persekutuan bila tidak suka. Keterlibatan setiap
anggota menentukan gerak dan arah kehidupan Gereja. Orang muda perlu terlibat
aktif dalam seluruh keprihatinan Gereja. Keterlibatan itu dapat diwujudkan
dengan menjadi salah satu pengurus Gereja entah tingkat lingkungan, wilayah
ataupun paroki, maupun dalam aneka macam kegiatan yang ada. Peran serta orang
muda dapat puladilaksanakan dengan menghidupkan
komunitas-komunitas orang muda maupun terlibat dalam kegiatan lingkungan,
wilayah maupun paroki. Kehadiran dan sumbang sih orang muda akan memberikan
warna bagi gerak hidup Gereja.
2.2.4
Panggilan
Hidup Sebagai Imam, Bruder dan Suster
Dalam rangka keterlibatan orang muda
dalam pengembangan hidup umat, pantaslah dipertimbangkan pula panggilan hidup
sebagai imam, bruder dan suster. Perkembangan umat Allah diwarnai dengan tumbuh
suburnya panggilan menjadi imam, bruder dan suster. Mereka inilah orang-orang
yang tertangkap oleh Kristus dan mau membaktikan hidupnya bagi Gereja. Oleh
karena itu, dalam rangka pencarian jatidiri pantaslah orang muda
mempertimbangkan kemungkinan untuk menanggapi panggilan Tuhan sebagai imam,
bruder dan suster dalam Gereja.
2.2.5
Masyarakat
Orang muda hidup dalam masyarakat yang
sedang berubah. Perubahan masyarakat sebagai akibat globalisasi membawa dampak
positif tetapi sekaligus negatif bagi kehidupan bersama. Dalam situasi seperti
ini orang muda diundang untuk aktif mengubah dan menggerakkan kehidupan masyarakat
menuju tatanan dunia yang adil dan damai. Dengan demikian orang muda ikut serta
dalam karya Kristus untuk menghadirkan KerajaanAllah di dunia ini. Karena itu
tidak dapat tidak orang muda mesti berperan serta dalam perjuangan untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran serta melestarikan keutuhan ciptaan.
Keterlibatan pada masyarakat ini menjadi perwujudan dari imannya.
Keterlibatan ini perlu dibangun sejak
dini dan dalam relasi yang mendalam dengan semua pihak yang berkehendak baik.
Ada banyak wadah yang membantu keterlibatan ini sejak dini, misalnya gerakan
kepanduan atau pramuka, karang taruna. Sekarang ini pun tumbuh aneka macam gerakan
orang muda yang menaruh perhatian pada keadilan sosial dan kemasyarakatan.
Gerakan-gerakan peduli lingkungan hidup yang saat ini berkembang pantas untuk
dilibati, karena di dalam komunitas itu terkumpul orang-orang dari berbagai
agama, suku dan ras. Selain itu juga gerakan lintas iman dapat menjadi salah
satu alternatif yang patut untuk diikuti.
Pantas disyukuri bahwa banyak orang muda
katolik yang peduli dengan persoalan-persoalan sosial. Kala gempa menimpa
Yogyakarta dan Klaten dan banjir melanda eks karesidenan Surakarta dan Pati,
ribuan orang muda terlibat sebagai relawan. Selain itu tidak sedikit pula orang
muda katolik yang aktif dalam kelompok-kelompok social kemasyarakatan yang
peduli pada dialog agama, lingkungan hidup,pembelaan hak asasi manusia, budaya
dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
1. Gereja
sadar akan tanggung jawab perutusannya yakni menghadirkan Kerajaan Alah di
tengah-tengah dunia, karena dunialah yang hendak diselamatkan Allah dalam
Kristus. Kesadaran itu dirumuskan dalam Dokumen Gaudium et Spes yang membicarakan permasalahan-permasalahan
dunia yang mencakup : Martabat Manusia,
Kesejahteraan Umum, Tanggung Jawab Pemerintah; Penghargaan pada
keluarga-keluarga; Hak Budaya; Keadilan dan perkembangan; serta Perdamaian.
2. Dengan
Gaudium et Spes, Gereja ingin meyampaikan sebuah pernyataan revolusioner.
Gereja pasca Konsili Vatikan II dengan berani mendeklarasikan diri sebagai
paguyuban orang beriman yang ingin solider, berempati, sehati dan sejiwa dengan
mereka yang berada di garis kemiskinan dan hidup dalam penindasan. Sikap dasar
baru telah digariskan Gereja yang melihat dunia modern –lengkap dengan seluruh
permasalahannya—sebagai lahan subur yang perlu digarap untuk efektivitas
pewartaan.
3. Gagasan
peran serta kaum muda katolik dapat dijabarkan antara lain:
-
memperbaiki dari dalam diri mereka sendiri
untuk bekal dasar dalam melangkah
-
menghidupkan komunikasi iman dan cinta
yang dialogis dan mendalam di antara anggota keluarga
-
Orang muda perlu terlibat aktif dalam
seluruh keprihatinan Gereja. Keterlibatan itu dapat diwujudkan dengan menjadi salah
satu pengurus Gereja entah tingkat lingkungan, wilayah ataupun paroki, maupun
dalam aneka macam kegiatan yang ada.
-
dalam rangka pencarian jatidiri pantaslah
orang muda mempertimbangkan kemungkinan untuk menanggapi panggilan Tuhan
sebagai imam, bruder dan suster dalam Gereja.
-
orang muda diundang untuk aktif mengubah
dan menggerakkan kehidupan masyarakat menuju tatanan dunia yang adil dan damai.
Keterlibatan pada masyarakat ini menjadi perwujudan dari imannya.