GELAS KOSONG

GELAS KOSONG

ambillah gelas kosong itu dan memulai untuk mengisinya kembali

Entah apa lagi yang harus saya lakukan untuk mengatasi pertanyaan2 yang memberontak dalam otakku ini,..aku tidak cukup kuat melihat pikiranku ber adu argumentasi dengan perasaanku,..rasanya sangat susah untuk menahan ribuan pertanyaan yang dilontarkan bertubi-tubi oleh berjuta-juta sel otak ini,..Semuanya telah berubah dalam sekejap, sejak 5/8/2011(aku ingat betul itu)..dan kebiasaan dulu sudah tidak bisa lagi diselaraskan dengan aku sekarang ini, aku sangat mengerti betul,.
YA,..ini semua ada masanya,.mungkin aku bukan yang terbaik
YA,..sesuatu yang dipaksakan itu pasti tidak baik pada akhirnya
YA,..bersabarlah perasaanku,.
YA,..cobalah untuk memahami dan berusaha mencari hikmah dari ini smua..biarpun tak semudah di bibir
sekarang beranjaklah dari tempatmu terjatuh(greg) dan bergegas,...
Ambillah gelas kosong itu dan memulai untuk mengisinya kembali



Sebuah pelajaran dari Pakis dan Bambu.

Sebuah pelajaran dari Pakis dan Bambu.
Alkisah, tersebutlah seorang pria yang putus asa dan ingin meninggalkan segalanya.
Meninggalkan pekerjaan, hubungan, dan berhenti hidup..
Ia lalu pergi ke hutan untuk bicara yang terakhir kalinya dengan Tuhan Sang Maha Pencipta.

"Tuhan," katanya. "Apakah Tuhan bisa memberi saya satu alasan yang baik
untuk jangan berhenti hidup dan menyerah ?"Jawaban Tuhan sangat mengejutkan.

"Coba lihat ke sekitarmu. Apakah kamu melihat pakis dan bambu ?".   

"Ya," jawab pria itu.

"Ketika menanam benih pakis dan benih bambu, Aku merawat keduanya secara sangat baik.
Aku  memberi keduanya cahaya. Memberikan air. Pakis tumbuh cepat di bumi.
Daunnya yang hijau segar menutupi permukaan tanah hutan.
Sementara itu, benih bambu tidak menghasilkan apapun. Tapi Aku tidak menyerah.

"Pada tahun kedua, pakis tumbuh makin subur dan banyak,
tapi belum ada juga yang muncul dari benih bambu. Tapi Aku tidak menyerah.

"Di tahun ketiga, benih bambu belum juga memunculkan sesuatu.
Tapi Aku  tidak menyerah.

Di tahun ke-4, masih juga belum ada apapun dari benih bambu.
Aku tidak menyerah," kataNya.

"Di tahun kelima, muncul sebuah tunas kecil.
Dibanding dengan pohon pakis, tunas itu tampak kecil dan tidak bermakna.
Tapi 6 bulan kemudian, bambu itu menjulang sampai 100 kaki.
Untuk menumbuhkan akar itu perlu waktu 5 tahun.
Akar ini membuat bambu kuat dan memberi apa yang diperlukan bambu untuk bertahan hidup.

Aku tak akan memberi cobaan yang tak sangup diatasi ciptaan-Ku, "kata Tuhan kepada pria itu.

"Tahukah kamu, anak-Ku, di saat menghadapi semua kesulitan dan perjuangan berat ini,
kamu sebenarnya menumbuhkan akar-akar?"

"Aku tidak meninggalkan bambu itu. Aku juga tak akan meninggalkanmu."

"Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain," kata Tuhan.
"Bambu mempunyai tujuan yang beda dengan pakis. Tapi keduanya membuat hutan menjadi indah."

"Waktumu akan datang. Kamu akan menanjak dan menjulang tinggi."

"Saya akan menjulang setinggi apa ?" tanya pria itu.

"Setinggi apa pohon bambu bisa menjulang?" tanya Tuhan

"Setinggi yang bisa dicapainya," jawab pria itu.

"Ya, benar! Agungkan dan muliakan nama-Ku  dengan menjadi yang terbaik,
meraih yang tertinggi sesuai kemampuanmu," kata Tuhan.

Pria itu lalu meninggalkan hutan dan mengisahkan pengalaman hidup yang berharga ini.

Pilih "Kolam Besar" atau "Kolam Kecil"?

Pilih "Kolam Besar" atau "Kolam Kecil"?

Ada yang bilang, perusahaan bisa diibaratkan sebagai kolam dan karyawan adalah ikannya. Asumsinya, makin besar ikan makin besar wewenang dan kekuasaannya. Dalam meniti karir, kita bisa memilih, mau jadi ikan besar di kolam kecil atau jadi ikan kecil di kolam besar. Atau mungkin jadi ikan besar di kolam besar dan kemungkinan-kemungkinan lainnya.
Yang pasti setiap pilihan memiliki tuntutan dan konsekuensinya masing-masing. Sebelum Anda menentukan pilihan, mungkin telaah berikut ini bisa dijadikan pertimbangan:


Gengsi Ikut Terangkat
Bila Anda bekerja di perusahaan besar yang sudah sangat mapan, maka berita baiknya di mata “pasar” gengsi dan nilai Anda juga ikut terangkat. Anda bisa memperkenalkan jabatan Anda dengan percaya diri. Begitu juga dalam melakukan negosiasi dengan pihak luar (pemasok, mitra dll) bargaining power Anda juga otomatis lebih tinggi dibandingkan bila Anda bekerja di perusahaan kecil.
Anda juga bisa berharap, mungkin suatu hari nanti Anda akan dibajak oleh perusahaan lain, atau paling tidak, Anda tidak akan terlalu sulit mencari pekerjaan di tempat lain setelah keluar dari perusahaan tersebut. Sayangnya, gengsi ini kadang tidak sejalan dengan gaji Anda. Bisa jadi setelah Anda tengok kanan-kiri, Anda yang telah bekerja sekian tahun di perusahaan besar ternyata mendapat gaji jauh lebih kecil daripada teman Anda yang bekerja di perusahaan kecil dengan jabatan serupa. Bila ini menjadi masalah, boleh saja Anda menjajaki peluang menjadi ikan besar di kolam kecil. Cari saat yang tepat dan perusahaan yang tepat, coba melamar untuk posisi yang lebih tinggi dengan meminta gaji lebih tinggi.

Bersyukurlah dengan apa yang kita dapat saat ini

Jika anda berpikir memiliki emosi yang sangat tidak bisa terkontrol, lihatlah mereka...


Jika anda berpikir pekerjaan anda sulit, bagaimana dengan anak ini??..

Jika anda berpikir gaji anda terlalu sedikit, bagaimana tentang gadis kecil ini??


Jika Anda berpikir Anda tidak punya banyak teman, tanyakan pada diri Anda apakah Anda memiliki seorang teman yang tulus ... seperti. .. Anjing ini ..


Anda berpikir, belajar adalah beban, bagaimana tentang dia?


Ketika Anda merasa seperti ingin menyerah, berpikirlah tentang orang ini ..


Jika Anda berpikir Anda menderita dalam kehidupan, apakah Anda menderita sebanyak dia?


Jika Anda mengeluh tentang sistem transportasi Anda, bagaimana dengan mereka?


Jika masyarakat Anda tidak adil kepada Anda, bagaimana dengan nenek ini?

 
Di saat kita kecil dimanja dan di sayang,
manjakah mereka?



Kita sering mengeluh tentang makanan disaat anak ini sedang membayangkan makan happy meal



Masihkah Kita berfikir untuk membentak ibu kita?


bersyukurlah dengan apa yang kita dapat saat ini